A. Pengertian Globalisasi
Kata
"globalisasi" berasal dari kata “global”. Secara harfiah, kata
“global” berarti sedunia atau sejagat, menyeluruh (mujmal), universal. Kata
tersebut selanjutnya menjadi istilah yang merujuk kepada suatu kedaan di mana
suatu negara dengan negara lain sudah menyatu. Batas-batas teritorial,
kultural, dan sebagainya sudah bukan merupakan hambatan lagi untuk melakukan
penyatuan tersebut. Dengan demikian secara harfiah, globalisasi berarti
menyatunya berbagai negara yang ada di globe ini menjadi satu entitas.
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Menurut Azyumardi Azra & Jamhari, globalisasi adalah
"perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang
mempengaruhi fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antar manusia,
organisasi-organisasi sosial, dan pandangan-pandangan dunia".
Tujuh
situasi ini tercipta berkat adanya dukungan teknologi canggih di bidang
komunikasi seperti radio, televisi, telepon, faxsimile, internet, dan
sebagainya. Melalui berbagai peralatan tersebut berbagai peristiwa atau
kejadian yang terjadi di belahan dunia yang lain dapat dengan mudah diketahui
bahkan diakses secara cepat. Semakin banyak manusia menggunakan peralatan
tersebut semakin banyak informasi yang dapat diketahui. Term Globalisasi
dipergunakan pertama kali oleh Theodore Levitte pada tahun 1985. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Di
sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama. Sebagai sebuah konsep globalisasi yang pada awalnya
lahir dan bermula dari bidang ekonomi dan teknologi, dalam perkembangannya
kemudian merasuk hampir keseluruh sendi-sendi kehidupan, mulai dari politik,
sosial, budaya, gaya hidup dan lain sebaginya. Sebagai bagian dari masyarakat
dunia, sebagai individu maupun bangsa, mau tidak mau kita harus berhadapan
dengan berbagai pengaruh positif maupun negatif yang dibawa oleh globalisasi
yang nota bene berasal dari Barat. Berimbas pada semakin kuatnya penetrasi
budaya dan nilai-nilai Barat ke seluruh sendi kehidupan masyarakat di seluruh
penjuru dunia, tidak terkecuali bidang pendidikan di Indonesia.
Paradigma
baru tersebut kemudian dirumuskan dalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam
arah baru pengembangan pendidikan nasional, secara garis besar mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Kesetaraan perlakuan
sektor pendidikan dengan sektor lainnya,
b. Pendidikan
berorientasi rekonstruksi sosial,
c. Pendidikan dalam
rangka pem-berdayaan bangsa,
d. Pemberdayaan
infrastruktur sosial untuk kemajuan pendidikan nasional,
e. Pembentukan
kemandirian dan keberdayaan untuk mencapai keunggulan,
f. Penciptaan iklim yang kondusif untuk
tumbuhnya toleransi dan konsensus dalam kemajemukan,
g. Perencanaan terpadu
secara horizontal (antar sektor) dan vertikal (antar jenjang),
h. Pendidikan
berorientasi peserta didik,
i. Pendidikan multikultural,
j. Pendidikan dengan
perspektif global.
B.
Gambaran Guru di Era Global
Untuk
memberikan gambaran tentang tantangan guru yang profesional di masa depan,
perlu melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan
peran pendidikan. Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik
masyarakat di abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka;
(3) masyarakat madani.
a. Masyarakat Teknologi
Masyarakat
teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek teknologi dan
menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara berfikir
dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama sekali
berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah
mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat, sehingga seolah-olah dunia
menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa, negara-negara,
bahkan pribadi-pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia,
tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam
mengiringi kemajuan teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping
penguasaan teknologi itu sendiri.
Dalam
maysarakat seperti itu, peran pendidikan dan guru sangat penting dan strategis,
terutama dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada
masyarakat dan peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
menggunakan teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran
pendidikan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar penguasaana teknologi
tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya penghayatan
terhadap etika. Pendidikan dan guru dapat menumbuhkan pemahaman etika yang
benar, agar kehidupan manusia tidak terancam oleh karena kemajuan teknologi itu
sendiri. Manakala pendidikan mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk
menguasai teknologi, maka tentu tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri
untuk lebih dulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan teknologi terkini kepada peserta didiknya.
Penguasaan
terhadap IPTEK memang harus diiringi dengan pemahaman etika yang benar agar
moral bangsa kita tetap terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi lagi
perlanggaran2 etika yang terkait dengan teknologi. Karena IPTEK adalah sesuatu
yang sangat cepat dalam perkembangannya, banyak perubahan-perubahan yang muncul
ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berada di tengah-tengah masyarakat
seperti sekarang ini. Banyak orang-orang yang semakin pintar membuat sesuatu
yang baru sehingga dapat mengalahkan apa-apa yang muncul pada sebelum-sebelumnya.
b. Masyarakat Terbuka
Lahirnya teknologi
komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah tanpa sekat,
sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa
hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat
terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam
berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal itu mengancam
kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan penguasaan atau
dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang memiliki modal
terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin. Untuk itu, dalam
masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan kapasitasnya
agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan
berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh
dengan persaingan.
Setiap
manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan
mengembangkan diri atau bahkan melalui kapasitasnya memberikan sumbangan kepada
masyarakat lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi
sebaliknya, bila kapasitas sumber daya manusia itu tidak dikembangkan, maka
akan menjadi manusia dan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya, yang pada
akhirnya akan menjadi boneka atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih
kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah
penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa,
agar tidak menjadi bangsa pelayan yang dapat diperintah bangsa lain. Sangat
ironis bila bangsa kita yang besar ini tidak mampu bersaing dengan bangsa2
lain, yang hanya mengandalkan kuantitas tanpa kualitas, yang mngandalkan banyak
sikil ketimbang skill, tentu sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mengirimkan
tenaga2 ahli/profesional ke luar negeri dan bukan mengirimkan PRT/tenaga
kasar/buruh ke luar negeri yang hanya bisa menjadi budak bagi bangsa2 lain.
c. Masyarakat Madani
Masyarakat
madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan
sesuatu sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam
suatu masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas dasar asal-usul
atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan individual, memiliki
toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun masyrakatnya,
serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Masyarakat
madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang
mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan
masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari
masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini kebenarannya. Masyarakat
madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya
terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci
terwujudnya masyarakat madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan
dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas dengna kepribadian yang sesuai
dengan budaya serta kesadaran individu hidup berdampingna untuk mencapai tujuan
bersama.
Globalisasi
dinilai berpengaruh terhadap hamper semua aspek yang ada di masyarakat,
termasuk aspek budaya. Globalisasi
sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh
dunia, sehingga menjadi budaya dunia (world culture), telah terlihat sejak
lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini. Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan
secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi
komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama
komunikasi antar bangsa. Setidaknya semenjak awal tahun 2003 teknologi dan
informasi (IT) sebagai ikon globalisasi berkembang sangat pesat (tidak
ketinggalan) di Indonesia hingga membuat pemerintah jadi kerepotan dan
mengambil sikap reaktif mengubah kurikulum pendidikan untuk disesuaikan dengan
tuntutan globalisasi.
Secara
garis besar globalisasi berimplikasi pada profesionalitas guru yaitu Guru dalam
Perspektif Globalisasi. Guru di era global adalah guru dengan profesionalitas
tinggi mempunyai tugas yang tidak akan semakin ringan, maka harus berkualitas.
Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya,9
bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam
menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu
bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat
menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil
dari keahlian dan profesionalitasnya.
Sebagai
tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan
dari orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat di era ini guru di satu sisi
diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat umum, tetapi di
sisi lain muncul problem baru sebagai tantangan manakala guru tidak memiliki
kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV,
buku-buku, majalah, Koran, dan internet, karena guru memiliki gaji dan
tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus
memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika
kehidupan glibal, sehingga sangat sulit dibayangkan guru dapat tampil lebih
professional dan memiliki tanggungjawab moral profesi sebagai konsekuensi
etisnya di era global ini. Pemerintah pun berupaya mengatasi problem tersebut
dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dengan mengadakan sertifikasi
guru. Perhatian pemerintah tersebut diharapkan dapat memberi solusi terhadap
persoalan dunia pendidikan khsusunya guru, diimplementasikannya dengan
sertifikasai guru dan meningkatkan kesejahteraanya. Dengan demikian, kualitas
mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan
profesinya, lebih-lebih di era global seperti sekarang.
C. Tantangan yang harus Dihadapi oleh
Para Guru di Era Global
1. Tantangan Bagi Seorang Guru
Dalam
pendahuluan adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya masalah internal
guru. Selain dihadapkan pada persoalan internal, guru juga mempunyai tantangan
eksternal yang harus dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi, Ph.d. dalam bukunya
Menuju Masyarakat Belajar, guru mempunyai dua persoalan eksternal, yaitu
pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang kedua, tantangan
masyarakat global.Persoalan etika dan moral anak bangsa, sesungguhnya bukan
hanya permasalah guru. Namun, jika yang dibidiknya adalah moral pelajar, maka
tidak ada alasan guru tidak dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik,
memang tidak hanya harus “membina” para murid dari segi kognitif dan
psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat
dituntut agar apa yang ia ajarkan dipraktekan oleh para muridnya dalam
kehidupan.
Disamping
itu, yang terpenting seorang guru harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku
para siswa agar lebih baik dan mampu menciptakan pelajar yang etis-moralis.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar juga
kemorosotannya. Dengan demikian, tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata
pelajaran, tapi yang paling urgen adalah pencetakan karakter murid. Tantangan
persoalan ini memang sangat sulit bagi para guru, keterbatasan kontroling guru
pada murid kerap membuatnya kecolongan. Sehingga tidak sedikit murid didikannya
yang trebawa arus perilaku amoral diluar pengetahuannya. Persoalan pertama ini,
memang selalu menjadi persoalan utama yang harus diperbaiki dan diperbaikai
oleh para guru. Tantangan etika moral siswa adalah tantangan guru dari masa
kemasa, mungkin karena pendidikan dipandang sebagai proses memanusiakan
manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru harus lebih sibuk dan teliti
dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral siswa kearah perbaikan.
2. Tantangan Bagi Guru Di Era Globalisasi
Disamping
masalah besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi permasalahan lainnya
yaitu tantangan masyarakat global. Di era globalisasi, guru sangat dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping
profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia
pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari
segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap
masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup. Kendala
tersebut harus dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak heran jika
pemerintah mengadakan sertifikasi guru, agar profesionalitas guru terwujud.
Perhatian pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan
khsusunya guru, diimplementasikannya dengan sertifikasi guru dan meningkatkan
kesejahteraanya dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan demikian, kualitas
mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan
profesinya. Menanggapi persoalan tersebut, dalam peningkatan kualiatas
pengajaran, guru harus bisa mengembangkan tiga intelejensi dasar siswa. Yaitu,
intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri
murid sekuat-kuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal lain yang harus
diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa.
Intelektual
murid harus luas, agar ia bisa menghadapi era globalisasi dan tidak ketinggalan
zaman apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual
pelajar harus terdidik dengan baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan
murid bisa bertahan di antara tarik-ulur pengaruh demoralisasi diera
globalisasi dengan prinsip spiritualnya. Disamping itu, untuk mempertahankan
profesinya, guru juga harus memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang
memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya,
mampu berkomunikasi baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, dan mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya.
Dengan demikian, tantangan guru di era glbalisasi tidak akan menggusurnya pada
posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas.
Secara
konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan
kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional,
sementara kondisi real di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara
kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah
adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini.
Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai wawasan
dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam
meningkatkan profesionalisme guru.
Sebagai
seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk
melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam
menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian
serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Namun
emikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh
seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di masa
datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.
Ada
beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi oleh
profesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di mata
masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi sebagai berikut:
(1) Kekurangjelasan
tentang definisi profesi keguruan
(2) Desakan kebutuhan
masyarakat dan sekolah akan guru
(3) Sulitnya standar mutu
guru dikendalikan dan dijaga
(4)
PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan
langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru
(5)
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran
(role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.
Masyarakat
dunia saat ini masuk ke dalam pergaulan era globalisasi. Tidak terkecuali saya,
anda, guru, siswa, dosen, mahasiswa, pebisnis, instansi pemerintahan,
pendidikan dan siapa saja. Suka atau tidak arus globalisasi adalah arus yang
irreversible (tak dapat ditolak).
Hadirnya
berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak
tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang
ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi fasilitas
multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan interaktif.
Bagaimana dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan? Apakah siap menghadapi
tantangan ini? Sebagian besar guru merasa ragu dan tidak akrab dengan teknologi
informasi semacam internet. Bahkan ada yang menganggap hanya mengganggu
kosentrasi belajar siswanya. Benar! Jika siswa lebih dahulu menguasai teknologi
informasi ketimbang gurunya. Dan yang dilakukan siswa di warnet biasanya
aktifitas bermain game online.
Berdasarkan
paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa dan
bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada
masa yang akan datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya.
Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari peran penting guru sebagai tulang
punggung dan penopang utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Tantangan guru
profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat dibedakan
menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal
adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia,
diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa, pengembangan
nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena rendahnya mutu
pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru profesional
dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era
global:
a. Tantangan Internal
Penguatan nilai kesatuan
dan pembinaan moral bangsa krisis yang berkepanjangan memberi kesan
keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak
menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama
dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat,
menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering
terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak
saling menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat
mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
Pendidikan
berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata
bagi guru adalah bagaimana seorang guru memiliki kepribadian yang kuat dan
matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan
peserta didik terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan
yang telah berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi
bangsa Indonesia yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang
menjunjung tinggi etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21
yang kuat dan dapat mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.
b. Tantangan Eksternal
Kecenderungan
kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global,
yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan
melahirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi
masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional.
Kehidupan
global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampung dengan ciri
perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan,
memerlukan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam
melakukan persaingan, diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif.
Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu
sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam
bidangnya.
Untuk
itu, dapat disimpulkan bahwa tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi
globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta
didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin,
kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para sisiwa mempunyai bekal
yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa
Indonesia:
1)
Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi
Demokrasi
dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan
hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga
kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu.
Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan
diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif
dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti ‘bebek’ yang hanya
menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis,
perlu dilakukan berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional.
Sejalan
dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai
perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah
memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan
proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk
potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu
meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan
berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata
dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih
memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai
prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka
mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam
wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi
pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai
prestasi yang diharapkan.
2) Fenomena Rendahnya Mutu Pendidikan
Berbagai
hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara
menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan
bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara ASEAN lainnya. Walaupun
demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta didik mampu
menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada
Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses
pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan
adalah mutu guru. Proses pendidikan dalam masyarakat abad 21 adalah suatu
interaksi antara guru dengan peserta didik sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka.
Masyarakat
yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya
dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata
lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional
oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi
lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima seorang yang profesional
dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 adalah
bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang
mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati
atas dasar kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan
mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku dan disepakati bersama. Di era yang
sangat modern ini tentunya sangat banyak sekali tuntutan guru yang mesti
dipenuhi, semua untuk kemajuan pendidikan. Berikut adalah tuntutan dan
tantangan khusus yang mesti dilakukan dan dihadapi guru:
1.
Tuntutan pada diri seorang guru adalah
bagaimana setiap guru wajib memenuhi persyaratan menjadi seorang guru profesional. Persyaratan pertama,
persyaratan akademik yaitu seorang guru harus memiliki kualifikasi
akademik minimal strata-1 (S1)
2.
Selanjutnya guru yang memenuhi
persyaratan pertama tersebut mereka wajib mengikuti sertifikasi profesi, agar
memiliki ke-empat kompetensi guru.
3.
Kompetensi profesional menuntut guru
harus selalu meng-update pengetahuan yang dimiliki. Ilmu pengetahuan berkembang
sangat cepat. Pada masa lalu perkembangan ilmu pengetahuan mungkin memerlukan
waktu ratusan tahun, tetapi kini orde perkembangan itu hanyalah tahunan. Oleh karena
itu guru yang tak pernah meng-update pengetahuannya tentu akan ketinggalan
informasi. Disamping pemutakiran pengetahuan, pemahaman terhadap materi bidang
keahlian menjadi sangat mutlak diperlukan. Bagaimana guru bisa percaya diri
sendiri di depan kelas manakala yang bersangkutan merasa tidak menguasai bahan
yang diajarkan.
4.
Pemenuhan kebutuhan pembelajaran oleh
setiap siswa
5.
Guru berkewajiban untuk memenuhi hak
setiap siswa untuk belajar, dan juga untuk memberikan kesempatan siswa untuk
menghadapi tingkat pembelajaran yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat
kecerdasan siswa.
6.
Pembelajaran dipakai adalah kolaboratif
7.
Pelatihan berbasis sekolah ( Lesson
Study)
8.
Perubahan kearah perbaikan dalam sekolah tentu saja
tergantung pada sekolah itu sendiri. Pemenuhan ke-butuhan pembelajaran oleh
setiap siswa.
9.
Kompetensi kepribadian, kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik. Dengan demikain para guru mampu menjadikan dirinya menjadi
pejabat yang paling mulia karena dalam setiap perannya senantiasa dalam ibadah
kepada Allah SWT. Guru profesioanal selalu menjadi agen- agen keteladanan
dimanapun merelka berada. Kualitas diri
ini wajib dimiliki oleh guru profesioanal sehingga indikator yang tampak adalah
bahwa seorang guru itu penampilannya meyakinkan dengan aura kewibawaan karena
perilakunya menjadi teladan bagi kehidupan di masyarakat.
10.
Kompetensi sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini harus terus dibina agar senantiasa mewarnai dakam
ke-hidupannya. Dengan demikian seorang
guru adalah selalu tanggap dengan persoalan kemasyarakatan yang muncul baik di
sekolah maupun di masyarakat
D.
Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Menghadapi Tantangan Guru di Era
Global
Menghadapi
tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Dalam konteks
ini kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global
yaitu:
1. Kemampuan antisipasi
Kemampuan
antisipasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik untuk
mengantisipasi dan mencegah terjadinya masalah baik dalam proses pembelajaran
maupun masalah yang mungkin timbul diluar pembelajaran. Misalnya kemampuan
antisipasi dapat dilakukan dengan cara guru mempersiapkan sarana prasarana dan
segala sesuatunya agar tidak terjadi kendala dalam proses KBM.
2.
Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah
Seorang
pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya untuk dapat
mengenali dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik
itu yang berkaitan dengan akademi maupun non akademi. Tidak hanya berhenti pada
mengenali masalah saja, namun juga dilakukan follow up pemilihan solusi dari
masalah yang dihadapi siswa dan melaksanakan solusi tersebut sehingga masalah
peserta didik dapat teratasi.
3.
Kemampuan mengakomodasi
Seorang
guru harus mampu mengakomodasi perbedaan yang terdapat pada peserta didiknya.
Perbedaan disini dapat berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu
lain. Guru dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam kaitannya dengan
pembelajaran seperti menyediakan kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila
mampu.
4.
Kemampuan melakukan reorientasi
Sikap
terhadap suatu hal. Guru perlu menentukan acuan-acuan apa saja yang akan
dicapai Sebagai pendidik, guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau
kembali suatu wawasan dan menetukan dan membuat peserta didiknya yakin dan
termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut.
5.
Kompetensi Generic (Generic Competences)
Kemampuan
generik merupakan kemmapuan yang harus dimiliki seorang pendidik yang
didalamnya mencakup strategi kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan
kemampuan kunci-kunci, kemampuan inti (core skill), kemampuan essensial, dan
kemampuan dasar. Kemampuan generik antara lain meliputi : keterampilan
komunikasi, kerja tim, pemecah masalah, inisiatif dan usaha (initiative dan
enterprise), merencanakan dan mengorganisasi, menegemen diri, keterampilan
belajar dan keterampilan teknologi (Gibb dalam Rahman, 2008).
6.
Keterampilan mengatur diri (managing self skills),
Mendorong
diri sendiri untuk mau mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan
kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari
kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Bagaimana seseorang guru bisa menjadi
seorang guru yang professional dan berbudi luhur kalau ia tidak dapat
mendorong, mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan semua sumber daya
pribadinya. Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi seorang guru adalah
sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan segala tugasnya dengan baik.
7.
Keterampilan berkomunikasi (communicating skills),
Keterampilan
berkomunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina
hubungan yang sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan
perkantoran, di kebun atau dimana saja. Sebagian besar masalah yang timbul
dalam kehidupan sosial adalah masalah komunikasi. Jika keterampilan komunikasi
dimiliki maka akan sangat besar membantu meminimalisasi potensi konflik
sekaligus membuka peluang sukses
8.
Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)
Kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengelola peserta didiknya
sekaligus tugas keguruanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Mengelola orang dengan mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati
terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat
kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut
Stephen Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu
sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan
manusia secara efektif. Dari segi tugas,guru berfungsi memberikan dorongan
kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa
sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta pendidik.
9.
Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and
change).
Kemampuan
mobilisasi perkembangan dan perubahan yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan
kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru
dalam pengajaran agar pembelajaran bermakna dan melahirkan pendidikan yang
berkualitas. Guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta
didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan dan guru
berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.
9Penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta semangat kompetitif juga meruapakan hal
penting bagi guru-guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat membawa atau
mengantarkan peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memasuki era global yang melek ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sangat
kompetitif.
Di era global
karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:
1. Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mumpuni
2. Memiliki kepribadian yang kuat dan baik
3. Memiliki keterampilan membangkitkan minat
peserta didik dalam bidang IPTEK
Setidaknya ada empat
prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu:
1. Kemampuan guru
mengolah/ menyiasati kurikulum,
2. Kemampuan guru
mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan
3. Kemampuan guru
memotivasi siswa untuk belajar sendiri
4.
Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan
konsep yang utuh (perlu adanya pembelajaran terpadu)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi menjelaskan bahwa globalisasi adalah perubahan-perubahan
struktural dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang mempengaruhi
fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-organisasi
sosial, dan pandangan-pandangan dunia termasuk dari segi pendidikan. Gambaran
masyarakat di era global diantaranya terdapat tiga karakteristik masyarakat di
abad 21, yaitu:
(1) masyarakat teknologi;
(2) masyarakat terbuka;
(3) masyarakat madani.
Adapun tantangan yang
harus dihadapi oleh seorang guru di era globalisasi yaitu tantangan internal
dan ekternal. Tantangan internal yaitu Penguatan nilai kesatuan dan pembinaan
moral bangsa Indonesia. Sedangkan tantangan eksternal yaitu bagaimana guru yang
mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan
teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif.
Profesionalitas, guru harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan
yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu: kemampuan
antisipasi, kemampuan mengenali dan mengatasi masalah, kemampuan mengakomodasi,
kemampuan melakukan reorientasi, kompetensi generic (generic competences),
keterampilan mengatur diri (managing self skills), kemampuan mengelola orang
dan tugas (ability of managing people and tasks), kemampuan mobilisasi
pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change). Di era global karakteristik
guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah: memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mumpuni,memiliki kepribadian yang kuat dan baik memiliki
keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK
B.
Saran
Berkaitan
dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru professional di era global ini
sudah sepantasnya seorang guru tekun mencari referensi untuk meningkatkan
kompetensinya agar selalu mampu mengikuti perkembangan zaman yang selalu
berubah. Tugas guru tetap menjadi pendidik, pembimbing dan transformer
perkembangan pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Udin Syaefudin Sa’ud,
Ph.D, Pengembangan Profesi Guru, Alfabeta, Bandung, 2011.
Amachmud. 2013. Tantangan
guru di abad 21. Diunduh dari:
(http://amachmud.blogspot.com/2012/03/tantangan-guru-di-abad-21.html) pada
tanggal 12 Maret 2014.
Kurniawati. 2013. Masalah
dan tantangan pendidikan di era global. Diunduh dari
:http://kurniawati93.blogspot.com/2013/01/masalah-dan-tantangan-pendidikan-diera.html
januari 2013 pada tanggal 12 Maret 2014.
Mahlail syakur maret.
2012. Guru professional di era global. Diunduh
dari:http://msyakurunwahas.blogspot.com/p/guru-professional-di-era-global.htmlpada
tanggal 12 Maret 2014.
Thohafirdaus. 2016.
Tantangan harus dihadapi oleh para guru di era global. Diunduh dari:
http://thohafirdaus.wordpress.com/2012/06/11/tantangan-yang-harus-dihadapi-oleh-para-guru-di-era-global/
pada tanggal 12 Maret 2017.
0 komentar:
Posting Komentar