Kamis, 23 April 2020

Pembelajaran Terpadu Tantangan Guru di Era Global


A.    Pengertian Globalisasi
            Kata "globalisasi" berasal dari kata “global”. Secara harfiah, kata “global” berarti sedunia atau sejagat, menyeluruh (mujmal), universal. Kata tersebut selanjutnya menjadi istilah yang merujuk kepada suatu kedaan di mana suatu negara dengan negara lain sudah menyatu. Batas-batas teritorial, kultural, dan sebagainya sudah bukan merupakan hambatan lagi untuk melakukan penyatuan tersebut. Dengan demikian secara harfiah, globalisasi berarti menyatunya berbagai negara yang ada di globe ini menjadi satu entitas. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Menurut Azyumardi Azra & Jamhari, globalisasi adalah "perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang mempengaruhi fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-organisasi sosial, dan pandangan-pandangan dunia".
Tujuh situasi ini tercipta berkat adanya dukungan teknologi canggih di bidang komunikasi seperti radio, televisi, telepon, faxsimile, internet, dan sebagainya. Melalui berbagai peralatan tersebut berbagai peristiwa atau kejadian yang terjadi di belahan dunia yang lain dapat dengan mudah diketahui bahkan diakses secara cepat. Semakin banyak manusia menggunakan peralatan tersebut semakin banyak informasi yang dapat diketahui. Term Globalisasi dipergunakan pertama kali oleh Theodore Levitte pada tahun 1985. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Sebagai sebuah konsep globalisasi yang pada awalnya lahir dan bermula dari bidang ekonomi dan teknologi, dalam perkembangannya kemudian merasuk hampir keseluruh sendi-sendi kehidupan, mulai dari politik, sosial, budaya, gaya hidup dan lain sebaginya. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, sebagai individu maupun bangsa, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan berbagai pengaruh positif maupun negatif yang dibawa oleh globalisasi yang nota bene berasal dari Barat. Berimbas pada semakin kuatnya penetrasi budaya dan nilai-nilai Barat ke seluruh sendi kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali bidang pendidikan di Indonesia.
Paradigma baru tersebut kemudian dirumuskan dalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam arah baru pengembangan pendidikan nasional, secara garis besar mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kesetaraan perlakuan sektor pendidikan dengan sektor lainnya,
b. Pendidikan berorientasi rekonstruksi sosial,
c. Pendidikan dalam rangka pem-berdayaan bangsa,
d. Pemberdayaan infrastruktur sosial untuk kemajuan pendidikan nasional,
e. Pembentukan kemandirian dan keberdayaan untuk mencapai keunggulan,
f.  Penciptaan iklim yang kondusif untuk tumbuhnya toleransi dan konsensus dalam kemajemukan,
g. Perencanaan terpadu secara horizontal (antar sektor) dan vertikal (antar jenjang),
h. Pendidikan berorientasi peserta didik,
i.  Pendidikan multikultural,
j. Pendidikan dengan perspektif global.


B.     Gambaran Guru di Era Global
Untuk memberikan gambaran tentang tantangan guru yang profesional di masa depan, perlu melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan peran pendidikan. Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani.
a.      Masyarakat Teknologi
Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara berfikir dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat, sehingga seolah-olah dunia menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa, negara-negara, bahkan pribadi-pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia, tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam mengiringi kemajuan teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping penguasaan teknologi itu sendiri.
Dalam maysarakat seperti itu, peran pendidikan dan guru sangat penting dan strategis, terutama dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat dan peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar penguasaana teknologi tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika. Pendidikan dan guru dapat menumbuhkan pemahaman etika yang benar, agar kehidupan manusia tidak terancam oleh karena kemajuan teknologi itu sendiri. Manakala pendidikan mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk menguasai teknologi, maka tentu tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri untuk lebih dulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi terkini kepada peserta didiknya.

Penguasaan terhadap IPTEK memang harus diiringi dengan pemahaman etika yang benar agar moral bangsa kita tetap terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi lagi perlanggaran2 etika yang terkait dengan teknologi. Karena IPTEK adalah sesuatu yang sangat cepat dalam perkembangannya, banyak perubahan-perubahan yang muncul ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berada di tengah-tengah masyarakat seperti sekarang ini. Banyak orang-orang yang semakin pintar membuat sesuatu yang baru sehingga dapat mengalahkan apa-apa yang muncul pada sebelum-sebelumnya.

b.      Masyarakat Terbuka
Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah tanpa sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal itu mengancam kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan penguasaan atau dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang memiliki modal terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin. Untuk itu, dalam masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan kapasitasnya agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh dengan persaingan.
Setiap manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan mengembangkan diri atau bahkan melalui kapasitasnya memberikan sumbangan kepada masyarakat lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi sebaliknya, bila kapasitas sumber daya manusia itu tidak dikembangkan, maka akan menjadi manusia dan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya, yang pada akhirnya akan menjadi boneka atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa, agar tidak menjadi bangsa pelayan yang dapat diperintah bangsa lain. Sangat ironis bila bangsa kita yang besar ini tidak mampu bersaing dengan bangsa2 lain, yang hanya mengandalkan kuantitas tanpa kualitas, yang mngandalkan banyak sikil ketimbang skill, tentu sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mengirimkan tenaga2 ahli/profesional ke luar negeri dan bukan mengirimkan PRT/tenaga kasar/buruh ke luar negeri yang hanya bisa menjadi budak bagi bangsa2 lain.

c.       Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan sesuatu sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam suatu masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas dasar asal-usul atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan individual, memiliki toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun masyrakatnya, serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini kebenarannya. Masyarakat madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci terwujudnya masyarakat madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas dengna kepribadian yang sesuai dengan budaya serta kesadaran individu hidup berdampingna untuk mencapai tujuan bersama.
Globalisasi dinilai berpengaruh terhadap hamper semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk aspek budaya.  Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu ke seluruh dunia, sehingga menjadi budaya dunia (world culture), telah terlihat sejak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini.  Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Setidaknya semenjak awal tahun 2003 teknologi dan informasi (IT) sebagai ikon globalisasi berkembang sangat pesat (tidak ketinggalan) di Indonesia hingga membuat pemerintah jadi kerepotan dan mengambil sikap reaktif mengubah kurikulum pendidikan untuk disesuaikan dengan tuntutan globalisasi.
Secara garis besar globalisasi berimplikasi pada profesionalitas guru yaitu Guru dalam Perspektif Globalisasi. Guru di era global adalah guru dengan profesionalitas tinggi mempunyai tugas yang tidak akan semakin ringan, maka harus berkualitas. Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya,9 bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian dan profesionalitasnya.
Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat di era ini guru di satu sisi diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat umum, tetapi di sisi lain muncul problem baru sebagai tantangan manakala guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, Koran, dan internet, karena guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan glibal, sehingga sangat sulit dibayangkan guru dapat tampil lebih professional dan memiliki tanggungjawab moral profesi sebagai konsekuensi etisnya di era global ini. Pemerintah pun berupaya mengatasi problem tersebut dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dengan mengadakan sertifikasi guru. Perhatian pemerintah tersebut diharapkan dapat memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khsusunya guru, diimplementasikannya dengan sertifikasai guru dan meningkatkan kesejahteraanya. Dengan demikian, kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan profesinya, lebih-lebih di era global seperti sekarang.

C. Tantangan yang harus Dihadapi oleh Para Guru di Era Global
1.      Tantangan Bagi Seorang Guru
Dalam pendahuluan adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya masalah internal guru. Selain dihadapkan pada persoalan internal, guru juga mempunyai tantangan eksternal yang harus dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi, Ph.d. dalam bukunya Menuju Masyarakat Belajar, guru mempunyai dua persoalan eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang kedua, tantangan masyarakat global.Persoalan etika dan moral anak bangsa, sesungguhnya bukan hanya permasalah guru. Namun, jika yang dibidiknya adalah moral pelajar, maka tidak ada alasan guru tidak dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang tidak hanya harus “membina” para murid dari segi kognitif dan psikomotoriknya demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa yang ia ajarkan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Disamping itu, yang terpenting seorang guru harus bisa mengubah pola pikir dan perilaku para siswa agar lebih baik dan mampu menciptakan pelajar yang etis-moralis. Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar juga kemorosotannya. Dengan demikian, tugas guru tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling urgen adalah pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi para guru, keterbatasan kontroling guru pada murid kerap membuatnya kecolongan. Sehingga tidak sedikit murid didikannya yang trebawa arus perilaku amoral diluar pengetahuannya. Persoalan pertama ini, memang selalu menjadi persoalan utama yang harus diperbaiki dan diperbaikai oleh para guru. Tantangan etika moral siswa adalah tantangan guru dari masa kemasa, mungkin karena pendidikan dipandang sebagai proses memanusiakan manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru harus lebih sibuk dan teliti dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral siswa kearah perbaikan.



2.      Tantangan Bagi Guru Di Era Globalisasi
Disamping masalah besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi permasalahan lainnya yaitu tantangan masyarakat global. Di era globalisasi, guru sangat dituntut meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Disamping profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup. Kendala tersebut harus dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak heran jika pemerintah mengadakan sertifikasi guru, agar profesionalitas guru terwujud. Perhatian pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khsusunya guru, diimplementasikannya dengan sertifikasi guru dan meningkatkan kesejahteraanya dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan demikian, kualitas mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru untuk menyelamatkan profesinya. Menanggapi persoalan tersebut, dalam peningkatan kualiatas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan tiga intelejensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal lain yang harus diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi era globalisasi dan tidak ketinggalan zaman apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar harus terdidik dengan baik, agar bisa melahirkan perilaku yang baik dan murid bisa bertahan di antara tarik-ulur pengaruh demoralisasi diera globalisasi dengan prinsip spiritualnya. Disamping itu, untuk mempertahankan profesinya, guru juga harus memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian, tantangan guru di era glbalisasi tidak akan menggusurnya pada posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas.
Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi real di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai wawasan dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Namun emikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi oleh profesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di mata masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi sebagai berikut:
(1) Kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan
(2) Desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru
(3) Sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga
(4) PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru
(5) Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran (role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.
Masyarakat dunia saat ini masuk ke dalam pergaulan era globalisasi. Tidak terkecuali saya, anda, guru, siswa, dosen, mahasiswa, pebisnis, instansi pemerintahan, pendidikan dan siapa saja. Suka atau tidak arus globalisasi adalah arus yang irreversible (tak dapat ditolak).
Hadirnya berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan interaktif. Bagaimana dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan? Apakah siap menghadapi tantangan ini? Sebagian besar guru merasa ragu dan tidak akrab dengan teknologi informasi semacam internet. Bahkan ada yang menganggap hanya mengganggu kosentrasi belajar siswanya. Benar! Jika siswa lebih dahulu menguasai teknologi informasi ketimbang gurunya. Dan yang dilakukan siswa di warnet biasanya aktifitas bermain game online.
Berdasarkan paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada masa yang akan datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya. Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari peran penting guru sebagai tulang punggung dan penopang utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat dibedakan menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia, diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa, pengembangan nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena rendahnya mutu pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era global:
a.      Tantangan Internal
Penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.

Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memiliki kepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya.

b.      Tantangan Eksternal
Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional.
Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampung dengan ciri perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan, diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam bidangnya.
Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para sisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia:
1) Pengembangan Nilai-Nilai Demokrasi
Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti ‘bebek’ yang hanya menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional.
Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai prestasi yang diharapkan.

2)  Fenomena Rendahnya Mutu Pendidikan
Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara ASEAN lainnya. Walaupun demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta didik mampu menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan dalam masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengan peserta didik sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka.
Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima seorang yang profesional dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 adalah bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku dan disepakati bersama. Di era yang sangat modern ini tentunya sangat banyak sekali tuntutan guru yang mesti dipenuhi, semua untuk kemajuan pendidikan. Berikut adalah tuntutan dan tantangan khusus yang mesti dilakukan dan dihadapi guru:
1.  Tuntutan pada diri seorang guru adalah bagaimana setiap guru wajib memenuhi persyaratan menjadi seorang  guru profesional. Persyaratan pertama, persyaratan akademik yaitu seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik  minimal strata-1 (S1)
2.  Selanjutnya guru yang memenuhi persyaratan pertama tersebut mereka wajib mengikuti sertifikasi profesi, agar memiliki ke-empat kompetensi guru.
3.  Kompetensi profesional menuntut guru harus selalu meng-update pengetahuan yang dimiliki. Ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Pada masa lalu perkembangan ilmu pengetahuan mungkin memerlukan waktu ratusan tahun, tetapi kini orde perkembangan itu hanyalah tahunan. Oleh karena itu guru yang tak pernah meng-update pengetahuannya tentu akan ketinggalan informasi. Disamping pemutakiran pengetahuan, pemahaman terhadap materi bidang keahlian menjadi sangat mutlak diperlukan. Bagaimana guru bisa percaya diri sendiri di depan kelas manakala yang bersangkutan merasa tidak menguasai bahan yang diajarkan.
4.  Pemenuhan kebutuhan pembelajaran oleh setiap siswa
5.  Guru berkewajiban untuk memenuhi hak setiap siswa untuk belajar, dan juga untuk memberikan kesempatan siswa untuk menghadapi tingkat pembelajaran yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa.
6.  Pembelajaran dipakai adalah kolaboratif
7.  Pelatihan berbasis sekolah ( Lesson Study)
8.  Perubahan  kearah perbaikan dalam sekolah tentu saja tergantung pada sekolah itu sendiri. Pemenuhan ke-butuhan pembelajaran oleh setiap siswa.
9.  Kompetensi kepribadian, kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dengan demikain para guru mampu menjadikan dirinya menjadi pejabat yang paling mulia karena dalam setiap perannya senantiasa dalam ibadah kepada Allah SWT. Guru profesioanal selalu menjadi agen- agen keteladanan dimanapun merelka berada.  Kualitas diri ini wajib dimiliki oleh guru profesioanal sehingga indikator yang tampak adalah bahwa seorang guru itu penampilannya meyakinkan dengan aura kewibawaan karena perilakunya menjadi teladan bagi kehidupan di masyarakat.
10. Kompetensi sosial, kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.  Kompetensi ini harus terus dibina agar senantiasa mewarnai dakam ke-hidupannya.  Dengan demikian seorang guru adalah selalu tanggap dengan persoalan kemasyarakatan yang muncul baik di sekolah maupun di masyarakat

D.    Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Menghadapi Tantangan Guru di Era Global
Menghadapi tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Dalam konteks ini kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:

1. Kemampuan antisipasi
Kemampuan antisipasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya masalah baik dalam proses pembelajaran maupun masalah yang mungkin timbul diluar pembelajaran. Misalnya kemampuan antisipasi dapat dilakukan dengan cara guru mempersiapkan sarana prasarana dan segala sesuatunya agar tidak terjadi kendala dalam proses KBM.

2. Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah
Seorang pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik itu yang berkaitan dengan akademi maupun non akademi. Tidak hanya berhenti pada mengenali masalah saja, namun juga dilakukan follow up pemilihan solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan melaksanakan solusi tersebut sehingga masalah peserta didik dapat teratasi.

3. Kemampuan mengakomodasi
Seorang guru harus mampu mengakomodasi perbedaan yang terdapat pada peserta didiknya. Perbedaan disini dapat berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu lain. Guru dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam kaitannya dengan pembelajaran seperti menyediakan kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila mampu.

4. Kemampuan melakukan reorientasi
Sikap terhadap suatu hal. Guru perlu menentukan acuan-acuan apa saja yang akan dicapai Sebagai pendidik, guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau kembali suatu wawasan dan menetukan dan membuat peserta didiknya yakin dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut.

5. Kompetensi Generic (Generic Competences)
Kemampuan generik merupakan kemmapuan yang harus dimiliki seorang pendidik yang didalamnya mencakup strategi kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan kemampuan kunci-kunci, kemampuan inti (core skill), kemampuan essensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik antara lain meliputi : keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecah masalah, inisiatif dan usaha (initiative dan enterprise), merencanakan dan mengorganisasi, menegemen diri, keterampilan belajar dan keterampilan teknologi (Gibb dalam Rahman, 2008).

6. Keterampilan mengatur diri (managing self skills),
Mendorong diri sendiri untuk mau mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Bagaimana seseorang guru bisa menjadi seorang guru yang professional dan berbudi luhur kalau ia tidak dapat mendorong, mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan semua sumber daya pribadinya. Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi seorang guru adalah sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan segala tugasnya dengan baik.

7. Keterampilan berkomunikasi (communicating skills),
Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan perkantoran, di kebun atau dimana saja. Sebagian besar masalah yang timbul dalam kehidupan sosial adalah masalah komunikasi. Jika keterampilan komunikasi dimiliki maka akan sangat besar membantu meminimalisasi potensi konflik sekaligus membuka peluang sukses



8. Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengelola peserta didiknya sekaligus tugas keguruanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mengelola orang dengan mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Stephen Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. Dari segi tugas,guru berfungsi memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta pendidik.

9. Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).
Kemampuan mobilisasi perkembangan dan perubahan yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran agar pembelajaran bermakna dan melahirkan pendidikan yang berkualitas. Guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan dan guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
9Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semangat kompetitif juga meruapakan hal penting bagi guru-guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat membawa atau mengantarkan peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki era global yang melek ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sangat kompetitif.



Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:
1.      Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni
2.      Memiliki kepribadian yang kuat dan baik
3.      Memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK
Setidaknya ada empat prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu:
1. Kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum,
2. Kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan
3. Kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri
4. Kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh (perlu adanya pembelajaran terpadu)













BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi menjelaskan   bahwa globalisasi adalah perubahan-perubahan struktural dalam seluruh kehidupan Negara bangsa yang mempengaruhi fundamen-fundamen dasar pengaturan hubungan antar manusia, organisasi-organisasi sosial, dan pandangan-pandangan dunia termasuk dari segi pendidikan. Gambaran masyarakat di era global diantaranya terdapat tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu:
(1) masyarakat teknologi;
(2) masyarakat terbuka;
(3) masyarakat madani.
Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh seorang guru di era globalisasi yaitu tantangan internal dan ekternal. Tantangan internal yaitu Penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa Indonesia. Sedangkan tantangan eksternal yaitu bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Profesionalitas, guru harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu: kemampuan antisipasi, kemampuan mengenali dan mengatasi masalah, kemampuan mengakomodasi, kemampuan melakukan reorientasi, kompetensi generic (generic competences), keterampilan mengatur diri (managing self skills), kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks), kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change). Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah: memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni,memiliki kepribadian yang kuat dan baik memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK
B.     Saran
Berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru professional di era global ini sudah sepantasnya seorang guru tekun mencari referensi untuk meningkatkan kompetensinya agar selalu mampu mengikuti perkembangan zaman yang selalu berubah. Tugas guru tetap menjadi pendidik, pembimbing dan transformer perkembangan pendidikan di Indonesia.



















DAFTAR PUSTAKA

Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, Pengembangan Profesi Guru, Alfabeta, Bandung, 2011.
Amachmud. 2013. Tantangan guru di abad 21. Diunduh dari: (http://amachmud.blogspot.com/2012/03/tantangan-guru-di-abad-21.html) pada tanggal 12 Maret 2014.

Kurniawati. 2013. Masalah dan tantangan pendidikan di era global. Diunduh dari :http://kurniawati93.blogspot.com/2013/01/masalah-dan-tantangan-pendidikan-diera.html januari 2013 pada tanggal 12 Maret 2014.

Mahlail syakur maret. 2012. Guru professional di era global. Diunduh dari:http://msyakurunwahas.blogspot.com/p/guru-professional-di-era-global.htmlpada tanggal 12 Maret 2014.

Thohafirdaus. 2016. Tantangan harus dihadapi oleh para guru di era global. Diunduh dari: http://thohafirdaus.wordpress.com/2012/06/11/tantangan-yang-harus-dihadapi-oleh-para-guru-di-era-global/ pada tanggal 12 Maret 2017.

0 komentar:

Posting Komentar